Kamis, 07 Maret 2013

Anak rohani: lebih berharga dari kegiatan pelayanan apapun

2 Korintus 2:12  Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.
2 Korintus 2:13  Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia.
                     Apa yang dipikirkan Paulus ketika dia meninggalkan Troas dan pintu yang begitu terbuka dalam pemberitaan Injil. Bayangkan ribuan orang yang menanti sia-sia kedatangan Paulus di KKR lapangan terbuka yang telah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Bayangkan seluruh gereja di Troas yang sudah tidak sabar menanti menjamu Paulus : rasul terbesar dalam jamannya– di acara ramah-tamah gereja. Bayangkan ribuan orang sakit yang sudah menunggu untuk didoakan.
Paulus malah pergi ke Makedonia, hanya karena di Troas dia tidak menemui seorang yang bernama Titus. Hanya karena 1 orang? Siapakah Titus ini? Kenapa ketiadaan Titus menjadi bahan pikiran yang berat bagi Paulus? Hatinya begitu tidak tenang, sehingga Ia meninggalkan pintu yang terbuka untuk pemberitaan Injil di Troas. Titus adalah teman sekerja Paulus (2 Kor 8:23), dan Titus juga adalah anak rohani Paulus (Titus 1:4)
Coba pikirkan itu, Paulus meninggalkan pelayanan yang besar untuk anak rohaninya. Bagi Paulus seorang anak rohani lebih berharga dari kegiatan pelayanan apapun. Pelayanan berbicara sering sekali mengenai cara pandang manusia kepada kita. Kita di highlight bak layaknya seorang selebritis karena pencapaian-pencapaian kita dalam pelayanan. Tapi anak rohani yang kita lahirkan dalam pemuridan itu berbicara mengenai cara pandang Tuhan kepada kita dan hubungan yang penuh kasih kepada sesama kita manusia.
Pemuridan menampilkan seluruh hidup kita, kita perlu mnjadi teladan, kita perlu mempunyai hubungan yang real dengan Tuhan, kita perlu mengalami terlebih dahulu firman yang kita share kepada anak rohani kita. Pemuridan adalah bayar harga, menerapkan kasih Kristus secara nyata dalam hubungan dengan anak rohani. Karena itu, banyak orang meninggalkan salib pemuridan, banyak orang yang memilih hidup medioker, banyak orang yang memilih hidup dalam kepalsuan, tidak bisa menjadi teladan Kristus kepada hidup orang lain.
Tapi, kalau Paulus meninggalkan pelayanan untuk bertemu dengan anak rohaninya, artinya ada suatu nilai rohani yang tidak bisa diukur dari penampilan di hadapan manusia dan sanjungan yang kita peroleh darinya. Paulus mengerti hati Tuhan, baginya pemuridan adalah prioritas paling utama. Sama seperti yang ia teladani dari kehidupan Yesus Kristus bersama dengan kedua belas muridnya.
Sekarang pertanyaannya, apakah kita mengerti hati Tuhan? Apakah kita hanya aktif melayani dimana-mana tetapi tidak punya anak rohani? Apakah kita peduli terhadap rekan sekerja kita yang hilang, anak pa kita yang hilang, angkatan kita yang tidak kompak? Atau yang kita pedulikan hanya sorotan dan sanjungan manusia yang kita peroleh dari pelayanan kita. Apakah gunanya pelayanan kita yang begitu bayak, kegiatan kerohanian yang begitu banyak, tetapi kita tidak pernah peduli kepada teman kita yang mulai hilang, tidak pernah punya hati untuk memuridkan yang terhilang di generasi berikutnya dan begitu dingin terhadap kampus-kampus lain?
                          Pelayanan sesungguhnya adalah pemuridan. Bukan penampilan. Yang sering kali hanya merupakan kamuflase dari hubungan pribadi yang buruk dengan Tuhan. Pelayanan adalah ketika teman kita mulai terhilang, kita berdoa untuknya, kita mengunjunginya, kita membantunya. Pelayanan adalah ketika ada orang baru hadir di Sion Raya, kita tersenyum mengulurkan tangan penuh kasih pada mereka dan menerima mereka seperti seorang saudara yang sudah lama tidak bertemu—tanpa memandang asal, suku bangsa, dan kampus.     
                   Pelayanan adalah mempunyai kepedulian dan hati yang penuh kasih seperti Kristus kepada generasi yang hilang untuk menjadi pemurid yang baru yang akan mendampaki bangsa ini.
                    Pelayanan adalah doa pribadi di kamar, mempunyai hati seorang penyembah yang menyembah Tuhan bukan hanya di kebaktian tapi di tempat-tempat yang tidak kelihatan
                    Pelayanan adalah kepada Tuhan, dan sering sekali tidak diapresiasi oleh manusia. Dan sebelum kita menyadari ini :  kita masih bermain-main gereja-gerejaan tanpa mangerti isi hati Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar