2 Korintus 2:12 Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.
2 Korintus 2:13 Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak
menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke
Makedonia.
Apa yang dipikirkan Paulus ketika dia meninggalkan Troas dan pintu
yang begitu terbuka dalam pemberitaan Injil. Bayangkan ribuan orang yang
menanti sia-sia kedatangan Paulus di KKR lapangan terbuka yang telah
direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Bayangkan seluruh gereja di
Troas yang sudah tidak sabar menanti menjamu Paulus : rasul terbesar
dalam jamannya– di acara ramah-tamah gereja. Bayangkan ribuan orang
sakit yang sudah menunggu untuk didoakan.
Paulus malah pergi ke Makedonia, hanya karena di Troas dia tidak
menemui seorang yang bernama Titus. Hanya karena 1 orang? Siapakah Titus
ini? Kenapa ketiadaan Titus menjadi bahan pikiran yang berat bagi
Paulus? Hatinya begitu tidak tenang, sehingga Ia meninggalkan pintu yang
terbuka untuk pemberitaan Injil di Troas. Titus adalah teman sekerja
Paulus (2 Kor 8:23), dan Titus juga adalah anak rohani Paulus (Titus
1:4)
Coba pikirkan itu, Paulus meninggalkan pelayanan yang besar untuk
anak rohaninya. Bagi Paulus seorang anak rohani lebih berharga dari
kegiatan pelayanan apapun. Pelayanan berbicara sering sekali mengenai
cara pandang manusia kepada kita. Kita di highlight bak layaknya seorang
selebritis karena pencapaian-pencapaian kita dalam pelayanan. Tapi anak
rohani yang kita lahirkan dalam pemuridan itu berbicara mengenai cara
pandang Tuhan kepada kita dan hubungan yang penuh kasih kepada sesama
kita manusia.
Pemuridan menampilkan seluruh hidup kita, kita perlu mnjadi teladan,
kita perlu mempunyai hubungan yang real dengan Tuhan, kita perlu
mengalami terlebih dahulu firman yang kita share kepada anak rohani
kita. Pemuridan adalah bayar harga, menerapkan kasih Kristus secara
nyata dalam hubungan dengan anak rohani. Karena itu, banyak orang
meninggalkan salib pemuridan, banyak orang yang memilih hidup medioker,
banyak orang yang memilih hidup dalam kepalsuan, tidak bisa menjadi
teladan Kristus kepada hidup orang lain.
Tapi, kalau Paulus meninggalkan pelayanan untuk bertemu dengan anak
rohaninya, artinya ada suatu nilai rohani yang tidak bisa diukur dari
penampilan di hadapan manusia dan sanjungan yang kita peroleh darinya.
Paulus mengerti hati Tuhan, baginya pemuridan adalah prioritas paling
utama. Sama seperti yang ia teladani dari kehidupan Yesus Kristus
bersama dengan kedua belas muridnya.
Sekarang pertanyaannya, apakah kita mengerti hati Tuhan? Apakah kita
hanya aktif melayani dimana-mana tetapi tidak punya anak rohani? Apakah
kita peduli terhadap rekan sekerja kita yang hilang, anak pa kita yang
hilang, angkatan kita yang tidak kompak? Atau yang kita pedulikan hanya
sorotan dan sanjungan manusia yang kita peroleh dari pelayanan kita.
Apakah gunanya pelayanan kita yang begitu bayak, kegiatan kerohanian
yang begitu banyak, tetapi kita tidak pernah peduli kepada teman kita
yang mulai hilang, tidak pernah punya hati untuk memuridkan yang
terhilang di generasi berikutnya dan begitu dingin terhadap
kampus-kampus lain?
Pelayanan sesungguhnya adalah pemuridan. Bukan penampilan. Yang
sering kali hanya merupakan kamuflase dari hubungan pribadi yang buruk
dengan Tuhan. Pelayanan adalah ketika teman kita mulai terhilang, kita
berdoa untuknya, kita mengunjunginya, kita membantunya. Pelayanan adalah
ketika ada orang baru hadir di Sion Raya, kita tersenyum mengulurkan
tangan penuh kasih pada mereka dan menerima mereka seperti seorang
saudara yang sudah lama tidak bertemu—tanpa memandang asal, suku bangsa,
dan kampus.
Pelayanan adalah mempunyai kepedulian dan hati yang penuh
kasih seperti Kristus kepada generasi yang hilang untuk menjadi pemurid
yang baru yang akan mendampaki bangsa ini.
Pelayanan adalah doa pribadi di kamar, mempunyai hati seorang
penyembah yang menyembah Tuhan bukan hanya di kebaktian tapi di
tempat-tempat yang tidak kelihatan.
Pelayanan adalah kepada Tuhan, dan
sering sekali tidak diapresiasi oleh manusia. Dan sebelum kita menyadari
ini : kita masih bermain-main gereja-gerejaan tanpa mangerti isi hati
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar