Minggu, 14 April 2013

Pergantian Pengurus

Yeeiii.. Puji Tuhan hari ini tepatnya pada tanggal 14 April 2013, bertempat di Kampus Fisipol tercinta sudah dilaksanakan Musyawarah Tahuanan PMK Fisipol. berasamaan dengan ini juga dilakukan pergantian kepengurusan. Bersyukur buat acara yang sudah berjalan dengan lancar dan kondusif walau pun diwarnai dengan adu argumen dari beberapa saudara/saudari yang hadir, tapi justru itu yang membuat acara ini semakin berkesan. Karena partisipasi dari semua jemaat PMK yang datang masing-masing membawa ide-ide yang cemerlang untuk kemajuan PMK tentunya. setelah melalui proses yang cukup panjang dalam mencari penerus kepengurusan khususnya ketua,sekretaris dan bendahara. Maka Tim Regenerasi memutuskan jabatan Ketua PMK Fisipol UM periode 2013-2014 di pegang oleh Reinhart Abedneju Sondakh Ilmu Komunikasi angkatan 2011. Sekretaris Ratihani Hubungan Internasional 2011. Dan Bendahara di jabat oleh Alan Ria Gerson Administrasi Negara 2011. Terima kasih untuk hati kalian yang sudah mau memberi diri untuk meneruskan tongkat estafet kepengurusan. Harapannya kedepan lebih lagi dalam membangun PMK kita. Dan tidak lupa juga terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kepengurusan saudara Yager Landesang yang luar bisa selama satu periode yang sudah lewat. nggak lupa juga untuk sekretaris PMK yang Rrruuuaaarr biasa yang menjabat selama dua dua perode berturut-turut (2011-2012/2012-2013) Inriani Margaretha Sitohang. 
thank you for all that you have given to this community. God will provide for your reply.

Kamis, 07 Maret 2013

KELOMPOK KECIL SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN PELAYANAN KAMPUS

“Ubah dunia dengan mengubah kampus”merupakan sebuah jargon anonim yang mungkin sudah sering didengar, khususnya bagi mereka yang sering bergerak dalam pelayanan kampus. Hal ini bisa saja benar karena para mahasiswa yang belajar di kampus, besar kemungkinannya, kelak akan menjadi pemimpin dan pengambil kebijakan dalam dunia, baik dalam skala global maupun lokal. Kampus memang menjadi sebuah area dimana idealisme seseorang dibentuk. Alasan ini semakin diperkuat dengan sebuah pendekatan psikologis yang mengatakan rata-rata usia seseorang masuk ke perguruan tinggi atau kampus adalah usia masa dewasa dini. Dimasa usia dewasa dini ini yaitu usia peralihan dari remaja (merupakan periode pertumbuhan) ke dewasa. Dalam usia dewasa dini ini, ada sebuah proses yang sangat penting, yang dalam ilmu psikologi disebut sebagai “masa pengaturan”. Dalam “masa pengaturan” inilah seseorang akan mengalami pergumulan akan kemana arah hidupnya kelak, mau kerja dimana, mau menikah dengan siapa, mencoba berbagai pola kehidupan, dsb. Seseorang akan mulai merencanakan kehidupannya dengan lebih serius dan dalam fase inilah seseorang banyak menghabiskan waktunya di kampus.
            Faktor di ataslah yang akhirnya membuat pelayanan kampus menjadi semakin sentral kedudukannya dalam usaha membentuk manusia-manusia yang berkenan di hadapan Allah. Ditengah hiruk pikuk sistem nilai moral dan etika yang bertebaran dimana-mana, informasi yang banal masuk silih berganti tanpa filter, gaya hidup hedon (hura-hura) dikalangan anak-anak muda, dsb pelayanan kampus hadir untuk mencoba menjadi filter bagi itu semua. Pelayanan kampus mencoba hadir sebagai “garam dan terang” ditengah “tawarnya” dunia kampus.
Bagaimanakah kondisi kampus perguruan tinggi saat ini dalam membentuk manusia? Bagaimana sebenarnya urgensi kehadiran pelayanan kampus di tengah-tengah kampus? Apa peran kelompok kecil dalam strategi pengembangan pelayanan kampus saat ini?  Kampus memang harus diakui sebagai gudangnya ilmu pengetahuan, namun ada satu hal yang sering dilupakan bahwa dalam kampus itu sendiri jarang sekali (bahkan tidak ada) yang mendidik para mahasiswanya untuk berkontemplasi. Kampus memang berhasil menciptakan tek-nologi nuklir dari balik ruang laboratoriumnya, namun kampus tidak berhasil mendidik maha-siswa untuk bermeditasi. Kampus tidak pernah mendidik orang agar mencoba memahami apa makna dari semua kehidupan ini, untuk apa manusia hidup, apa nilai dan makna dari semua ini, dan berbagai pertanyaan tentang kehidupan lainnya. Kebenaran tentang sesuatu yang ilahi dan kekal telah sekarat dikarenakan kegiatan yang selalu berfokus pada penemuan dan riset.
            Pelayanan kampus hadir sebagai suluh bagi anak-anak muda yang belajar untuk memban-tu mereka dalam merefleksikan keilmuan mereka ke dalam terang ajaran Kristen. Mahasiswa-mahasiswa yang kebanyakan adalah anak-anak muda dewasa dini ini, mulai diajak untuk menilai kembali nilai yang telah mereka pegang selama ini dengan mengkonfrontasikan-nya dengan Injil. Pelayanan kampus ahirnya akan menjadi pembawa terang Injil untuk mengiluminasi dan mem-beri harapan di tengah-tengah komunitas akademik. Pelayanan kampus juga bisa menjadi salah satu alat penginjilan di tengah kampus.
Wa-laupun pernyataan ini dikutip dari Donald G. Shockley yang berlatar belakang dunia barat (Eropa dan Amerika), dimana disana sudah memasuki era post-christianity, sehingga masyarakatnya (secara khusus anak-anak muda) sudah tidak percaya Kristus dan menolak ajaran Injil, bahkan ditambahkan dalam bukunya bahwa banyak anak-anak muda tidak pernah mendengar kisah atau cerita di Alkitab seumur hidupnya, sehingga tampaknya memang kampus sangat relevan sebagai ladang penginjilan. Hal ini juga berlaku di Indonesia, walaupun Indonesia belum memasuki era post-christianity seperti yang sudah dialami dunia barat. Alasan kenapa pelayanan kampus di Indonesia juga bisa digunakan sebagai sarana penginjilan adalah dengan melihat terlebih dahulu kondisi sosial kampus. Kampus di Indonesia (khususnya universitas dengan label perguruan ting-gi negeri) seperti sebuah kota metropolitan, dimana di sana berkumpul banyak sekali orang dari hampir semua propinsi di Indonesia, baik itu yang berasal dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Indonesia bagian Timur. Sehingga ketika pelayanan kampus berhasil menjala mereka dengan kebenaran Injil, maka ketika mereka kembali pulang ke kampung halamannya, mereka akan me-nyebarkan berita itu kepada keluarga dan handai taulannya di sana. Hal ini akan semakin mem-bantu mempercepat penyebaran berita Injil.
Banyak sekali anak-anak muda di kampus tidak mengerti sama sekali apa panggilan dalam hidupnya. Hidup dijalani bagai sebuah mesin fotokopi lingkungannya. “Aku adalah apa yang lagi menjadi trend.” demikian kira-nya slogan anak muda di kampus. Jika di tahun 1998-2001 muncul istilah “generasi MTv” untuk menggambarkan pola perilaku anak muda ketika itu, maka di zaman sekarang “generasi infotai-ment”, “generasi Dahsyat”, dan berbagai generasi yang lainnya pun sama hebohnya dalam mem-bentuk arah kehidupan anak muda saat ini. Aktifitas pemuda di dalam kampus dilakukan nyaris tanpa makna, karena setiap aktifitas itu tidak didasari oleh sebuah konsep panggilan yang berni-lai kekal. Pelayanan kampus hadir di tengah kampus untuk mengabarkan atau memprokla-masikan sebuah panggilan yang harus didengarkan oleh semua manusia, khususnya anak muda, bahwa hidup harus didasari oleh sebuah panggilan yang bernilai kekal yang terdapat dalam Ye-sus Kristus, sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Sehingga dengan demikian, para anak muda yang berada dalam kampus mulai mengarahkan dan memperlengkapi dirinya untuk menggenapi pang-gilan itu dan tidak mau menjadi korban media atau lingkungaannya. 
Kelompok kecil bisa menjawab kebutuhan ini karena di dalam kelompok kecil setiap anggotanya akan dituntut untuk saling mengenal, membangun sebuah relasi yang berkualitas, dan saling berbagi cinta kasih yang penuh aksi. Steve Barker menyambung, “our need to know and be known, to love and be loved[11] akan dijawab secara tuntas dalam kelompok kecil. Hal ini menjadi wajar karena dalam kelompok kecil jumlah anggotanya kecil atau sedikit, sehingga interaksi di antara mereka pun semakin rapat, berkualitas, walau (mungkin) dalam tingkat intensitas yang tidak terlalu tinggi.
            Menurut Michael S. Olmsted, kelompok kecil setidaknya harus dibangun dengan dua pilar, yaitu semua anggotanya harus merasa senang (fun) dan kelompok pun harus menjalankan fungsinya (function of training and support).Anggota harus merasa senang untuk bergabung dalam kelompok, tidak ada unsur paksaan dari luar, atau tekanan yang bersifat fisik atau psikis. Dia memilih untuk masuk dalam kelompok karena ada rasa nyaman, kehangatan, dan cinta kasih yang ditawarkan oleh kelompok. Selain itu, anggota juga memilih untuk hadir dalam kelompok karena ada fungsi yang ditawarkan yang berguna untuk memperlengkapi setiap anggota dalam menghadapi kehidupan. Dalam function of  training and support, seseorang akan dilatih secara emosi, intelektual, dan kepribadiannnya. Interaksi dalam kelompok akan sangat membantu dalam membangun kepribadian setiap anggota, sehingga “besi menajamkan besi, dan manusia menajamkan sesamanya” akan sangat terasa dengan jelas dalam kelompok kecil. 
  Secara khusus dalam kelompok juga akan dibahas mengenai pertumbuhan rohani setiap anggota. Selain membantu untuk membangun kualitas kepribadian seseorang, kelompok kecil juga akan fokus pada pertumbuhan spiritualitas atau kerohanian setiap anggota. “Spiritual growth, like emotional growth, does not occur in a vacuum. It comes as we relate to others body of Christadalah pernyataan Steve Barker yang bisa dijadikan landasan dalam membangun kerohanian di kelompok kecil. Pertumbuhan rohani juga memerlukan orang lain untuk menjadi katalisator dalam kerohaniannya. Dalam kelompok kecil, aktifitas-aktifitas seperti pembelajaran Alkitab secara sistematis, persekutuan doa bersama, saling menguatkan, dan saling menghibur merupakan contoh-contoh kegiatan yang dilakukan untuk membantu memajukan pertumbuhan rohani.
            Salah satu ciri khas lain dari kelompok kecil adalah intimasi yang hangat dalam kelompok, yang sangat jarang ditemukan dalam persekutuan yang lebih besar seperti kebaktian umum setiap minggu di gereja. Dalam masyarakat yang majemuk sekarang, sering sekali ketika duduk dalam gereja dan mengikuti ibadah, setiap jemaat tidak mengenal siapa orang yang duduk di sampingnya. Interaksi yang ada hanyalah sebatas formalitas saja, senyuman yang diberikan pun sering terasa hambar, jabatan tangan pun sering tidak terasa hangat, dan masih banyak formalitas lainnya. Sebaliknya, hal formalitas seperti itu tidak berlaku dalam kelompok kecil. Dalam kelompok kecil, setiap anggota dididik untuk membangun sebuah relasi yang hangat, saling mau peduli dengan yang lain, yang kuat menopang yang lemah, setiap anggota saling menyemangati satu dengan yang lain, saling berbagi, dsb. Idealnya kelompok kecil mungkin tergambar dalam jemaat mula-mula (Kis 2:41-47) dimana kehidupan yang sangat harmonis terjalin dengan mesra ketika itu. 
        Kelompok kecil juga hadir dikarenakan untuk membantu peran gereja. Sebagai sebuah institusi, gereja tidak bisa lepas dari kelemahan. Beberapa kelemahan yang tampak terlihat ada-lah komunikasi yang satu arah, sense of belonging yang minim dalam jemaat, dikarenakan jum-lah anggota yang cukup banyak maka pembinaan rohani pun tampak tidak maksimal, dsb adalah kelemahan yang bisa diminimalisir dengan membentuk kelompok kecil. Dalam kelompok kecil komunikasi selalu diarahkan dua arah dan tidak ada yang bisa mendominasi percakapan, sehingga dalam kelompok kecil semua orang harus mendengarkan dan didengarkan. Jika komu-nikasi seperti ini dipertahankan, maka dengan sendirinya akan muncul rasa saling memiliki satu sama lain. Implikasi lain yang dimunculkan adalah adanya keinginan untuk mau melayani sesa-ma.
Pelayanan kampus juga memiliki visi untuk menginjili kampus. Kelompok kecil juga bisa sangat berperan dalam hal ini. Dengan pola pengajaran Alkitab dengan sistematis, maka hal itu
akan membantu mereka untuk semakin mengenal Yesus Kristus dan menambahkan rasa cinta mereka untuk mensyukuri anugerah yang Tuhan berikan kepada mereka. Sehingga hal ini akan secara otomatis mendorong mereka untuk menjadi saksi dalam keseharian mereka di kampus, baik dalam kesaksian hidup, percakapan sehari-hari, dan dalam pergaulan mereka. Sangat terbu-ka juga kemungkin peristiwa di jemaat mula-mula, dimana orang-orang tertarik melihat pola hidup setiap anggota kelompok dan merasa perlu untuk ikut serta dalam kegiatan kelompok.
 

Anak rohani: lebih berharga dari kegiatan pelayanan apapun

2 Korintus 2:12  Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.
2 Korintus 2:13  Tetapi hatiku tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudaraku Titus. Sebab itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia.
                     Apa yang dipikirkan Paulus ketika dia meninggalkan Troas dan pintu yang begitu terbuka dalam pemberitaan Injil. Bayangkan ribuan orang yang menanti sia-sia kedatangan Paulus di KKR lapangan terbuka yang telah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Bayangkan seluruh gereja di Troas yang sudah tidak sabar menanti menjamu Paulus : rasul terbesar dalam jamannya– di acara ramah-tamah gereja. Bayangkan ribuan orang sakit yang sudah menunggu untuk didoakan.
Paulus malah pergi ke Makedonia, hanya karena di Troas dia tidak menemui seorang yang bernama Titus. Hanya karena 1 orang? Siapakah Titus ini? Kenapa ketiadaan Titus menjadi bahan pikiran yang berat bagi Paulus? Hatinya begitu tidak tenang, sehingga Ia meninggalkan pintu yang terbuka untuk pemberitaan Injil di Troas. Titus adalah teman sekerja Paulus (2 Kor 8:23), dan Titus juga adalah anak rohani Paulus (Titus 1:4)
Coba pikirkan itu, Paulus meninggalkan pelayanan yang besar untuk anak rohaninya. Bagi Paulus seorang anak rohani lebih berharga dari kegiatan pelayanan apapun. Pelayanan berbicara sering sekali mengenai cara pandang manusia kepada kita. Kita di highlight bak layaknya seorang selebritis karena pencapaian-pencapaian kita dalam pelayanan. Tapi anak rohani yang kita lahirkan dalam pemuridan itu berbicara mengenai cara pandang Tuhan kepada kita dan hubungan yang penuh kasih kepada sesama kita manusia.
Pemuridan menampilkan seluruh hidup kita, kita perlu mnjadi teladan, kita perlu mempunyai hubungan yang real dengan Tuhan, kita perlu mengalami terlebih dahulu firman yang kita share kepada anak rohani kita. Pemuridan adalah bayar harga, menerapkan kasih Kristus secara nyata dalam hubungan dengan anak rohani. Karena itu, banyak orang meninggalkan salib pemuridan, banyak orang yang memilih hidup medioker, banyak orang yang memilih hidup dalam kepalsuan, tidak bisa menjadi teladan Kristus kepada hidup orang lain.
Tapi, kalau Paulus meninggalkan pelayanan untuk bertemu dengan anak rohaninya, artinya ada suatu nilai rohani yang tidak bisa diukur dari penampilan di hadapan manusia dan sanjungan yang kita peroleh darinya. Paulus mengerti hati Tuhan, baginya pemuridan adalah prioritas paling utama. Sama seperti yang ia teladani dari kehidupan Yesus Kristus bersama dengan kedua belas muridnya.
Sekarang pertanyaannya, apakah kita mengerti hati Tuhan? Apakah kita hanya aktif melayani dimana-mana tetapi tidak punya anak rohani? Apakah kita peduli terhadap rekan sekerja kita yang hilang, anak pa kita yang hilang, angkatan kita yang tidak kompak? Atau yang kita pedulikan hanya sorotan dan sanjungan manusia yang kita peroleh dari pelayanan kita. Apakah gunanya pelayanan kita yang begitu bayak, kegiatan kerohanian yang begitu banyak, tetapi kita tidak pernah peduli kepada teman kita yang mulai hilang, tidak pernah punya hati untuk memuridkan yang terhilang di generasi berikutnya dan begitu dingin terhadap kampus-kampus lain?
                          Pelayanan sesungguhnya adalah pemuridan. Bukan penampilan. Yang sering kali hanya merupakan kamuflase dari hubungan pribadi yang buruk dengan Tuhan. Pelayanan adalah ketika teman kita mulai terhilang, kita berdoa untuknya, kita mengunjunginya, kita membantunya. Pelayanan adalah ketika ada orang baru hadir di Sion Raya, kita tersenyum mengulurkan tangan penuh kasih pada mereka dan menerima mereka seperti seorang saudara yang sudah lama tidak bertemu—tanpa memandang asal, suku bangsa, dan kampus.     
                   Pelayanan adalah mempunyai kepedulian dan hati yang penuh kasih seperti Kristus kepada generasi yang hilang untuk menjadi pemurid yang baru yang akan mendampaki bangsa ini.
                    Pelayanan adalah doa pribadi di kamar, mempunyai hati seorang penyembah yang menyembah Tuhan bukan hanya di kebaktian tapi di tempat-tempat yang tidak kelihatan
                    Pelayanan adalah kepada Tuhan, dan sering sekali tidak diapresiasi oleh manusia. Dan sebelum kita menyadari ini :  kita masih bermain-main gereja-gerejaan tanpa mangerti isi hati Tuhan.

Rabu, 06 Maret 2013

Menjadi Generasi yang Berani Tampil Beda

Kalau kita diganggu orang lain kita marah, itu adalah hal yang biasa. Kalau kita menggerutu saat tidak punya uang, itu adalah hal yang biasa. Kalau kita mengomel saat kita tidak punya makanan, itu adalah hal yang biasa. Kalau kalian tidak berani berdoa ketika makan bersama teman-teman sekolahmu, itu adalah hal yang biasa.
Maukah kalian menjadi luar biasa? Beranikah kalian tampil beda dari teman-temanmu yang lain? Berani tampil beda dengan cara tidak marah saat diganggu, tidak menyontek saat ujian, tidak menggerutu saat tidak punya uang, tidak mengomel saat tidak punya makanan, berani berdoa saat makan bersama teman-teman sekolah, mau berbagi dengan orang lain, dll. 
(Roma 12:21)
  
Tantangan baru bagi kita anak-anak Allah adalah berani tampil beda dengan apa yang sudah ditampilkan oleh dunia ini. Jika semua berlomba untuk menghalalkan segala cara, maka tidak dengan kita. Kita mempunyai Allah yang kudus, sebab itulah seharusnya hidup kita pun kudus. Kudus, yang artinya berbeda dengan dunia ini, sungguh nyata sebuah ajakan bahwa kita harus berani mengambil keputusan dan sikap dengan keputusan yang diambil oleh dunia ini. Hal ini tidaklah mudah, karena kita akan melawan arus. Saat dunia mengatakan iya terhadap sebuah tindak penyimpangan, kita harus berani mengatakan tidak. Konsekuensi sederhananya, mungkin kita akan dikucilkan. Tetapi itulah yang membuat iman kita menjadi semakin kuat. Perlawanan kita terhadap arus yang menjerumuskan membuat kita kuat bertahan dalam kebenaran bersama Sang Kristus.  

Alkitab mencatat, bahwa Tuhan Yesus adalah sosok yang berani dan tegas. Terutama ketika Dia harus berbicara tentang kebenaran. Dia menyadari betul bahwa kehadiranNya di dunia ini untuk mengemban mandat dari Allah, untuk menyelamatkan dunia. PengajaranNya tegas dan tidak pandang bulu. Terkadang Dia menabrak arus budaya setempat. Tentu banyak tokoh masyarakat yang tidak senang dengan kehadiranNya. Tetapi itu tidak membuat Tuhan Yesus takut apalagi mundur dari panggilan menyuarakan kebenaran dan memberlakukan kasih. Bagi Dia, menyuarakan kebenaran dan memberlakukan kasih lebih penting dari pada popularitas diri. Di sini kita dapat melihat bahwa apa yang dikerjakan oleh Kristus murni berlandaskan ketulusan, dan bukan demi popularitas diri. Dengan berani ditolak berarti Dia memang tidak mencari popularitas diri. Mari kita belajar untuk lebih berani, terutama berani bicara tentang kebenaran. Tak perlu takut dikucilkan oleh lingkungan. Tak perlu takut untuk menjadi tidak populer. Kita tidak harus terkenal karena penampilan kita. Tetapi kita harus dikenal karena keberanian kita menyuarakan kebenaran.

 tidak terlepas dari kita anak-anak PMK yang terlibat langsung dalam pelayanan dikampus. memang sangat berat ketika kita belajar untuk berani tampil beda dengan apa yang teman-teman kita lakukan di kampus. terkadang kita sakit hati melihat teman sekelas yang mendapat nilai tinggi dengan hasil nyontek, nggak jarang kita juga terpikir untuk melakukan hal yang sama agar mendapat nilai yang memuaskan. dalam hal inilah kita bisa menjadi terang bagi teman-teman kita. kita tidak harus menyontek untuk mendapat nilai yang memuaskan. ingat, kita punya Allah yang Maha tahu, minta pertolongan sama Dia, belajar, dan yakin dengan iman apa yang akan menjadi hasilnya serahkan kepada-Nya.

So, mulai sekarang jangan pernah ragu untuk berubah menjadi generasi yang tampil beda. menderita karena Kristus sesungguhnya bukan hal yang memalukan tapi justru hal yang luar biasa. karena dari sanalah standart kita dihadapan Tuhan dinaikkan.

Selasa, 05 Maret 2013

Galeri PMK

 Shering Kepengurusan
 di KRUS











 Evaluasi Kepengurusan dan      Refreshing pengurung 
di Shalma Shopa
 Siska, Ratih, Alan, Yager, Dini, Septi, Zizi, Hendy,  Tian, Lukas, Efres, Tia, Rini
 ngga bisa masuk, bos tiketnya belom dateng. yang sabar yaa anak-anak. . .hehehe 
@ pintu masuk shalma shopa
  Tirza, Tian, Reinhart, Emha, Zizi, Alan, Lukas, Ratih

sesi menganggu hahahaha









klop bangettt dah, kakak KTB dan adeq KTB
trio Aldo, Tian dan Lukas








 HUT PMK Fisip ke-10 dan pentabisan panitia natal 2009
di MAP (sekre aminah syukur)

Pentabisan Panitia Natal  2009
Ketua Panitia Natal 2009 
Christa Hana Olivia Tuwo
  
ex-ketua, ketua  dan alumni meniup lilin bersama
sebelum pulang, wajib foto duluu hehehe
kak Sandy, Laing, kak Edy, Ucok, Yudha, Noldy, Rudi, Dimas, kak Danius, kak Kornel, Sephendri, Robert, kak Chris.
Olive, Violet, kak evi, Desy, Stefi, kak Christy, Aniq, Omega, Emha
 bangun pagi asiknya saat teduh dulu bareng-bareng
smile. . . . 
Ucok, Olive, kak Kornel, kak Evi, Emha, kak Christy


                                                                 HUT PMK ke-12 
                              &
             pentabisan panitia Natal PMK tahun 2011
                            di STAK 


 Olive, kak Yoram, Emha, Kak Nova, Stenly, Dila dan Kak Sanday

Pentabisan Panitia Natal 2011
ketua panitia, Langoday H Aldo 










         Penyambutan Mahasiswa Baru Fisip angkatan 2012-2013
di Student Center lantai 1

 Natal PMK Fisip dan PMK Hukum tahun 2005

foto bareng ibu pembina PMK Fisip, ibu Rita Kalalinggi














 Ibadah Dan Perayaan Natal PMK Fisip-Hukum
tahun 2006







 
     Ibadah Perayaan Natal PMK Fisip tahun 2008
  di Gedung Bundar Fahutan
ibadah dan perayaan Natal PMK Fisip tahun 2009
di Auditorium Unmul

Ucok, Olive, Olet, kak ity, kak evi, Emha, Yusmi, Nur, Rudi

tim musik natal 2009
Ucok, kak Zefi, Dimas, kak Hendry, kak Chris




The Winner. . . 
Perayaan HUT KBMK Universitas Mulawarman
di Auditorium

Pengurus Periode 2012-2013

Yager Landesang
Sosiatri angkatan 2009
Ketua PMK








Inriani Margaretha Sitohang
Hubungan Internasional angkatan 2009
Sekretaris PMK Periode 2011-2012 dan 2012-2013








Ratna Silalahi
Ilmu Komunikasi angkatan 2009
Bendahara PMK









Divisi-Divisi : 
- Divisi Ibadah


Ratihani
Hubungan Internasional angkatan 2011
Koordinator Divisi Ibadah











Reinhart Abed neju Sondakh
Ilmu Komunikasi angkatan 2011
Anggota Divisi Ibadah






Ribka Nurvia
Administrasi Bisnis angkatan 2011
Anggota Divisi Ibadah






- Divisi Pembinaan :

Langoday Hieronimus Aldo Yedia
Ilmu Komunikasi angkatan 2010
Koordinator Pembinaan 
Periode 2011-2012
Periode 2012-2013





 Hendy Juliansyah
Administrasi Negara angkatan 2010
Anggota Divisi Pembinaan
Given Parasian Hutabarat
Hubungan Internasional angkatan 2011
Anggota Divisi Pembinaan





Pranika Dini.P
Hubungan Internasional angkatan 2011
Anggota Divisi Pembinaan